Bab 725
Bab 725
Harvey sontak berdiri termangu, dia tidak langsung mengerti apa maksud ucapan Selena.
“Seli, dengarkan penjelasanku dulu. Aku dan Agatha nggak pernah…”
Akan tetapi, Selena tidak mau mendengar apa pun tentang Agatha. Dia merasa jijik.
“Harvey, sudah kubilang aku nggak mau tahu apa hubungan kalian. Aku cuma ingin membicarakan
tentang penyakitku.”
Harvey sontak terdiam. Sosoknya yang tinggi dan besar sambil memegang segelas air itu tampak kikuk.
Harvey duduk di samping ranjang rumah sakit dan meletakkan gelas air itu di samping. Dia berusaha menenangkan dirinya, lalu berkata, “Oke, bicaralah. Aku mendengarkan.*
“Tolong urus administrasi keluar dari rumah sakit, aku mau pergi dari sini.”
“Nggak boleh, mana bisa kamu keluar dengan kondisi begini!”
Harvey pun mencoba menjelaskan, “Dokter sudah menentukan pengobatan untukmu, aku juga lagi mencari alternatif obat anti–kanker. Jangan nyerah, penyakit ini bukannya nggak bisa sembuh. Selama kamu menjalani pengobatan dengan disiplin, kamu pasti sembuh, Seli.”
“Harvey, aku ini mahasiswa kedokteran, aku juga membaca banyak buku kedokteran selama beberapa hari terakhir. Kamu pikir aku nggak tahu betapa parahnya kondisiku saat ini? Aku nggak punya banyak
waktu,” jawab Selena sambil tersenyum dengan datar.
“Seli…”
“Yang disebut kombinasi pengobatan kanker itu cuma terdiri dari dua, operasi dan kemoterapi atau radioterapi. Dengan kondisiku sekarang, sudah pasti nggak mungkin bisa dioperasi. Jadi, satu–satunya cara hanyalah kemoterapi atau radioterapi. Tapi, efek samping metode ini besar banget, aku mungkin nggak bisa bertahan dengan tubuh yang selemah ini dan malah mati lebih cepat.”
“Kalau dugaanku benar, kamu pasti akan memintaku untuk kemoterapi supaya pertumbuhan sel
kankernya terhenti sementara,” kata Selena sambil menatap Harvey.
Ternyata Selena bisa membaca pikiran Harvey. “Iya, memang begitu rencanaku. Ini satu–satunya cara
untuk saat ini.”
“Aku nggak mau.”
Bab 725
Harvey sontak berdiri termangu, dia tidak langsung mengerti apa maksud ucapan Selena.
“Seli, dengarkan penjelasanku dulu. Aku dan Agatha nggak pernah…”
Akan tetapi, Selena tidak mau mendengar apa pun tentang Agatha. Dia merasa jijik.
“Harvey, sudah kubilang aku nggak mau tahu apa hubungan kalian. Aku cuma ingin membicarakan
tentang penyakitku.”
Harvey sontak terdiam. Sosoknya yang tinggi dan besar sambil memegang segelas air itu tampak kikuk.
Harvey duduk di samping ranjang rumah sakit dan meletakkan gelas air itu di samping. Dia berusaha menenangkan dirinya, lalu berkata, “Oke, bicaralah. Aku mendengarkan.”
“Tolong urus administrasi keluar dari rumah sakit, aku mau pergi dari sini.”
“Nggak boleh, mana bisa kamu keluar dengan kondisi begini!”
Harvey pun mencoba menjelaskan, “Dokter sudah menentukan pengobatan untukmu, aku juga lagi mencari alternatif obat anti–kanker. Jangan nyerah, penyakit ini bukannya nggak bisa sembuh. Selama kamu menjalani pengobatan dengan disiplin, kamu pasti sembuh, Seli.” Content (C) Nôv/elDra/ma.Org.
“Harvey, aku ini mahasiswa kedokteran, aku juga membaca banyak buku kedokteran selama beberapa hari terakhir. Kamu pikir aku nggak tahu betapa parahnya kondisiku saat ini? Aku nggak punya banyak
waktu,” jawab Selena sambil tersenyum dengan datar.
“Seli…”
“Yang disebut kombinasi pengobatan kanker itu cuma terdiri dari dua, operasi dan kemoterapi atau radioterapi. Dengan kondisiku sekarang, sudah pasti nggak mungkin bisa dioperasi. Jadi, satu– satunyal cara hanyalah kemoterapi atau radioterapi. Tapi, efek samping metode ini besar banget, aku mungkin nggak bisa bertahan dengan tubuh yang selemah ini dan malah mati lebih cepat.”
“Kalau dugaanku benar, kamu pasti akan memintaku untuk kemoterapi supaya pertumbuhan sel
kankernya terhenti sementara,” kata Selena sambil menatap Harvey.
Ternyata Selena bisa membaca pikiran Harvey. “Iya, memang begitu rencanaku. Ini satu–satunya cara
untuk saat ini.”
“Aku nggak mau.”
“Seli, sekarang bukan saatnya untuk terbawa emosi. Sel–sel kankermu menyebar dengan sangat cepat, kalau nggak segera dikendalikan…” bujuk Harvey.
“Aku pasti mati, “kan?” sambung Selena dengan tenang. “Aku nggak takut mati kok.”
Harvey pun memeluk Selena dengan erat. “Tapi, aku takut. Seandainya saja aku bisa mati menggantikanmu. Sell, tolong jangan tinggalkan aku, ya? Ada terlalu banyak kesalahpahaman di antara kita, biarkan aku menjelaskan semuanya. Aku nggak punya anak dengan Agatha, aku benar– benar nggak pernah menyentuhnya.”
“Jangan bilang kamu akan bilang bahwa anak itu adalah anakku?” sahut Selena sambil tersenyum dengan dingin.
“Seli, aku nggak membohongimu.”
Selena pun memukul Harvey dengan kencang sehingga tubuh pria itu terdorong menjauh darinya. Selena tidak akan menjadi semarah ini seandainya Harvey tidak mengungkit soal masalah itu.
“Kamu masih belum puas menipuku, hah? Sebegitunya aku percaya padamu, tapi kamu dan keluargamu malah membohongiku! Harvey, kamu pikir aku ini bodoh, hah?”
“Seli, kali ini kamu harus percaya padaku. Harvest itu benar–benar …”
Wajah Selena pun memerah menahan amarah.
“Aku sebegitunya percaya padamu, tapi kamu malah memperlakukanku seperti itu! Kamu pikir kamu siapa sampai berhak mengatur semua orang sesuka hatimu, hah! Aku bahkan sekarang jadi curiga aku hilang ingatan gara–gara kamu, dasar bajingan…”
Seharusnya topik ini tidak usah dibahas. Akibat terlalu terbawa emosi, darah kembali mengalir keluar
dari tubuh Selena.
“Dokter!”
Kebetulan sekali Lewis datang dan melihat kondisi Selena yang sudah seperti ini. Amarahnya pun langsung tersulut. “Kamu benar–benar sudah gila ya, Harvey! Selena sudah seperti ini saja kamu masih nggak mau membiarkannya tenang sedikit? Kenapa sih kamu masih ingin menyakitinya?”
Hansen juga terlihat tidak bisa berkata–kata. “Ya ampun, Tuan Harvey… Lebih baik Tuan keluar dulu.
Nyonya pasti akan menjadi makin marah kalau melihat Tuan.”
Harvey pun berjalan keluar dari kamar dengan patuh. Dia sebenarnya merasa sangat khawatir, tetapi
juga tidak mau sampai memperparah kondisi Selena.